Kamis, 18 Januari 2018

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diaastolik maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara esensial (primer atau idiopatik) dimana factor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, atau secara sekunder akibat dari penyakit tertentu yang diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90-95 % kasus dan cenderung bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stress, gaya hidup santai, merokok. 
(Saputra Lyndon, 2014)
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus hipertensi menjadi 1,15 miliar kasus pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang. Di Indonesia, hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di Negara berkembang.
(Triyanto, 2014)
Pravelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner dan pengukuran tekanan darah, cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Berdasarkan analisis hipertensi didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0%, dan perempuan 4,7%), pedesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%)
(Rikesdas, 2013)

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Hipertensi ?
2.      Bagaimana Etiologi Hipertensi?
3.      Bagaimana Manifestasi Klinis Hipertensi?
4.      Bagaimana Klasifikasi Hipertensi?
5.      Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
6.      Bagaimana Pathway Hipertensi ?
7.      Bagaimana Pemeriksaan penunjang Hipertensi ?
8.      Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi ?
9.      Bagaimana Komplikasi Hipertensi ?
10.  Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi ?

C.      Tujuan
1.         Tujuan Umum
Mahasiswa mampumemahami konsep asuhan keperawatan hipertensi.
2.         Tujuan Khusus
a.         Menjelaskan Definisi Hipertensi.
b.        Menjelaskan Etiologi Hipertensi.
c.         Menjelaskan Manifestasi Klinis Hipertensi.
d.        Menjelaskan Klasifikasi Hipertensi.
e.         Menjelaskan Patofisiologi Hipertensi.
f.         Menjelaskan Pathway Hipertensi.
g.        Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Hipertensi.
h.        Menjelaskan Penatalaksanaan Hipertensi.
i.          Menjelaskan Komplikasi Hipertensi.
j.          Menjelaskankonsep Asuhan Keperawatan Hipertensi.





D.      Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi kepada masyarakat tentang hipertensi dan bagaimana cara penanganannya.
3.    Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan hipertensi pada klien.





















BAB II
PEMBAHASAN

  1. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2011)
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
 (Sudoyo dkk, 2012)
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi  “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada kardiovaskuler.
(Anderson, 2010)


  1. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1.    Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90 % dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
a.    Genetik 
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan bahwa kejadianhipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari padaheterozigot, apabila salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasushipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b.      Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi padayang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arterikoroner dan kematian prematur.
c.       Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yangmengakibatkan peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana haltersebut dapat merangsang medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dannorepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.

d.      Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan pengerasanyang disebut aterosklerosis.
e.       Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Nadiikuti dengan ekspansi volume darah dankemudian peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f.       Rokok
                                    Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran adrenalin yangmerangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam menarik oksigen. Sehingga jaringankekurangan oksigen termasuk ke jantung.
g.      Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat menyebabkan peningkatanlipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
h.      Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam danair, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i.        Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi,yang bersifat memperberat kerjanya arteri koroner sehingga suplay darah ke otot jantung terganggu.Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darahsecara intermiten.

2.    Hipertensi sekunder 
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
a.         Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel juxtaglomerular keluar,mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresialdosteron yang dapat meretensi Na dan air.
b.         Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama mengakibatkangula darah pekat dan terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosismeningkatkan tekanan darah.
(Sjaifoellah Noer, 2011)

C.    Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi berupa:
a.       Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b.      Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
c.       Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi 
d.      Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat 
e.       Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus 
f.       Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

(Sudoyo dkk, 2012)


  1. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
1.    Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2.    Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3.    Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of Hipertension
1.    Diastolik
a.    < 85 mmHg        : Tekanan darah normal
b.    85 – 99               : Tekanan darah normal tinggi
c.    90 -104               : Hipertensi ringan
d.   105 – 114           : Hipertensi sedang
e.    >115                   : Hipertensi berat
2.    Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg      : Tekanan darah normal
b. 140 – 159           : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160                  : Hipertensi sistolik teriisolasi

              Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1.    Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2.    Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
(Sudoyo dkk, 2012)

  1. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.
( Corwin,2009 )


  1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitU :
1.    Pemeriksaan yang segera seperti :
a.    Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b.    Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c.    Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d.   Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e.    Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.     Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g.    Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h.    Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i.      Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j.      Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.    Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.      EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m.  Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2.    Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a.    VIP        :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakitparenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b.    CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c.    IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d.   Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e.    (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
(Sudoyo dkk, 2012)

  1. Penatalaksanaan
1.         Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat berikut :
a.    Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal pada pagi hari (pada hipertensi dalam keadaan kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi atau udem paru).
b.    Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
c.    Propanolol mulai dari 10 mg 2xsehari yang dapat dinaikkan 20 mg 2xsehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d.   Kaptropil 12,5-25 mg sebanyak 2-3xsehari (kontra indikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e.    Nifedepin mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2xsehari.
2.         Non Farmakologi
       Langkah awal biasanya adalah denganmengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara:
a.    Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b.    Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikam dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
c.    Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol darah tinggi.
d.   Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3gr natrium atau 6gr natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup).
e.    Anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
f.     Anjurkan klien untuk berhenti merokok.
g.    Anjurkan klien untuk olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).
(Soedoyo dkk, 2012)

  1. Komplikasi
Pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi antaraa lain:
1.       Otak
     Hipertensi dapat menyebabkan pemekaran pembuluh darah sehingga menimbulkan pendarahan pada otak dan dapat menjadikan kematian sel otak yang mempengaruhi aktivitas tubuh yaitu stroke.
2.         Ginjal
     Biasanya ditandai dengan sering buang air kecil pada malam hari karena sel ginjal telah rusak. Dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
3.         Jantung
     Hipertensi menyebabkan jantung membesar dan dapat menyebabkan klien sesak nafas dan mudah lelah. Apapbila sudah parah juga dapat menyebabkan gagal jantung.
(Anderson, 2010)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI

A. Pengkajian Keperawatan
1.    Biodata Pasien
2.    Keluhan utama : Biasanya pasien hipertensi mengalami pusing
3.    Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatanmu masa lalu (riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga.
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila dalam keluhan utama tidak dijelaskan bagaimana bisa keluhan utama dalam hipertensi itu muncul, maka didalam riwayat penyakit sekarang dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan), bagaimana prosesnya sampai pasien dibaa kerumah sakit. Misalnya jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing, maka hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :
1)   Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien
2)   Kapan rasa pusing itu muncul ?
3)   Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang dialami oleh pasien bertambah parah ?
4)   Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan gejala dari hipertensi tersebut ?
5)   Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap rasa pusing atau pusing atau sakit kepala yang dirasakan?

b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien saat ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat hiperttensi dan pernah mengalami riwayat dengan keluhan yang sama. Selain itu perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan lupa sertakan genogram.
4.    Pemeriksaan Fisik
a.    Berat badan                   : Ada peningkatan berat badan
b.    Rambut              : Rambut normal, rambut kuat, tidak ada lesi, ada nyeri tekan di kepala.
c.    Mata                  : Bentuk simetris, biasanya ada nyeri tekan pada mata karena pusing yang dialami
d.   Kulit                  : Kulit bersih biasanya ada perubahan warna
e.    Telinga               : Simetris, tdan tidak ada nyeri tekan
f.     Leher                 : Tidak ada jejas, biasanya ada bising pada arteri karotis dan pembesaran typoid.
g.    Mulut                 : Simetris, biasanya warna bibir hitam keunguan
h.    Dada                  :
1)      Paru-paru   
Inspeksi                    : Asimetris, aerola mamae terlihat bersih dan tidak                             ada jejas
Palpasi          : Pergerakan dada asimetris, vocal fremitus teraba di dua sisi, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi              : Sonor
Auskultasi         : Irama ireguler, takipneu, suara nafas weziing.
2)      Jantung
Inspeksi                        : Asimetris, dan tidak ada jejas di thorax
Palpasi              : Pergerakan dada asimetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi              : Pekak
Auskultasi         : ada bising jantung dan tekanan darah systole lebih dari 120 mmHg dan systole lebih dari 90 mmHg.
3)      Abdomen
Inspeksi                        : Bentuk datar/buncit (tergantung keadaan pasien)
Palpasi              : Tidak ada nyeri ekan
Perkusi              : Biasanya ada pembesaran ginjal
Auskultasi         : bising usus normal
i.      Ekstremitas             : Lemahnya atau hilangnya nadi perifer dan edema
j.      Neurologi                : Tanda thrombosis cerebral dan perdarahan.

5.      Pengkajian menurut Dongoes :
a.    Aktivitas/ Istirahat
1)   Gejala :kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2)   Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b.    Sirkulasi
1)   Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
2)   Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c.    Integritas Ego
1)      Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2)      Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.   Eliminasi
1)      Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau  (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e.    Makanan/cairan
1)      Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
2)      Tanda: Berat badan normal atau obesitas,,adanya edema, glikosuria.
f.     Neurosensori
1)      Gejala: Keluhan pening-pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,sub objeksipital  (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
2)      Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
g.    Nyeri/ ketidaknyaman
1)      Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
h.    Pernafasan
1)    Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
2)    Tanda:  Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasanbunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
(Dongoes, 2009)


6.      Pengkajian Pola Gordon
a.    Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Yang perlu dikaji :
1)      Bagaimana klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada, misalnya obat apa yang diberikan saat tekanan darah pasien meningkat.
2)      Bagaimana pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang mendukung kesembuhan penderita hipertensi.
3)      Apakah pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan.
4)      Riwayat hospitalisasi dan pembedahan
5)      Apakah pasien sering memeriksakan tekanan darahnya atau tidak.
6)      Sejauh mana pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien
7)      Faktor resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya hidup dan status social ekonomi
b.    Pola Metabolik-Nutrisi
Yang perlu dikaji :
1)      Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh pasien
2)      Jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi
3)      Jelaskan makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk penderita selama 24 jam
4)      Adakah peningkatan atau penurunan berat badan
5)      Adakah perubahan nafsu makan
6)      Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir
c.    Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji :
1)      Kebiasaan pola BAK selama hipertensi
2)      Kebiasaan pola BAB selama hipertensi
3)      Penggunaan bantuan obat-obatan untuk ekskresi
d.   Pola Aktivitas-Latihan
Yang perlu dikaji :
1)      Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien
2)      Apakah klien suka melakukan olahraga
3)      Jenis olahraga yang sering dilakukan klien
4)      Kemampuan untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi saat ini
5)      Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat akibat hipertensi yang dialami
6)      Apakah tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi
7)      Lingkungan kerja pasien
e.    Pola Istirahat-Tidur
Yang perlu dikaji :
1)      Kebiasaan tidur pasien sehari-hari
2)      Keyakinan budaya
3)      Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan pasien untuk istirahat atau tidur
4)      Jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien
5)      Apakah ada gejala gangguan pola tidur yang muncul
6)      Kaji factor yang berhubungan misalnya proses penuaan
f.     Pola Persepsi-Kognitif
Yang perlu dikaji :
1)      Gambaran panca indra pasien
2)      Apakah ada pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera
3)      Penggunaan alat bantu pendukung panca indera misalnya kacamata, alat bantu dengar, dsb.
4)      Persepsi ketidaknyamanan
5)      Tingkat pendidikan
6)      Kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan
7)      Saat mana pasien merasakan pusing

g.    Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Yang perlu dikaji ;
1)      Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
2)      Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
3)      Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang disukai atau yang tidak disukai
4)      Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
5)      Ancaman terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami misalnya perubahan peran
6)      Apa yang pasien rasakan saat menderita hipertensi
h.    Pola Hubungan-Peran
Yang perlu dikaji :
1)      Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja
2)      Kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran
3)      Efek terhadap perubahan status kesehatan
4)      Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien yang menderita hipertensi
5)      Hubungan pasien dengan orang lain
6)      Apakah masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi perubahan peran dan tanggungjawab dalam keluarga, sahabat, dalam pekerjaan, atau aktivitas social.
i.      Pola Reproduksi-Seksualitas
Yang perlu dikaji :
1)      Masalah atau perhatian seksual
2)      Gambaran perilaku seksual
3)      Apakah hipertensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas seksualnya
4)      Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
5)      Apakah masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu peran pasien sebagai seorang wanita atau pria
j.      Pola Toleransi terhadap Koping-Stress
Yang perlu dikaji :
1)      Sifat pencetus stress yang dialami baru-baru ini
2)      Tingkat stress yang dipersepsikan
3)      Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul
4)      Strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta keefektifannya
5)      Perubahan kehidupan dan kehilangan
6)      Strategi koping yang bisa digunakan
7)      Penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami oleh pasien
8)      Pengetahuan dan penggunaan manajemen stress
9)      Hubungan manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien
10)  Riwayat yang berhubungan dengan masalah psikologis
11)  Siapa yang membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap penyakit hipertensi yang dialaminya saat ini
12)  Apakah pasien mengalami stress karena menderita hipertensi
k.    Pola Keyakinan-Nilai
Yang perlu dikaji :
1)      Latarbelakang budaya atau etnik
2)      Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik
3)      Tujuan kehidupan pasien
4)      Apa yang dijadikan penting bagi pasien dan keluarga
5)      Dampak kesehatan terhadap spiritual
6)      Harapan kedepannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi





B.     Diagnosa Keperawatan
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengankemampuan pola jantung menurun
2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.    Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4.    Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi























C.    Intervensi Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
1
Penurunan curah jantung berhubungan dengankemampuan pola jantung menurun
NOC :
1.     Cardiac Pump effectiveness
2.     Circulation Status
3.     Vital Sign Status

Kriteria Hasil:
1.    Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2.    Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3.    Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4.    Tidak ada penurunan kesadaran
NIC :
1.      Cardiac Care
2.     Evaluasi adanya nyeri dada
      ( intensitas,lokasi, durasi)
3.   Catat adanya disritmia jantung
4.     Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
5.   Monitor status kardiovaskuler
6.   Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
7.     Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
8.   Monitor balance cairan
9.   Monitor adanya perubahan tekanan darah
10.    Monitor respon pasien   terhadap efek pengobatan antiaritmia
11.    Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
12.    Monitor toleransi aktivitas pasien
13.    Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu dan ortopneu
14.    Anjurkanuntuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring
1.      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3.      Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4.      Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5.      Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6.      Monitor kualitas dari nadi
7.      Monitor adanya pulsus paradoksus
8.      Monitor adanya pulsus alterans
9.      Monitor jumlah dan irama jantung
10.  Monitor bunyi jantung
11.  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
12.  Monitor suara paru
13.  Monitor pola pernapasan abnormal
14.  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
15.  Monitor sianosis perifer
16.  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
17.  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign




2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau stroke


NOC :
1.      Energy conservation
2.      Activity tolerance
3.      Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :
1.      Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2.      Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :
Activity Therapy
1.      Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2.      Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3.      Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4.      Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5.      Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6.      Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7.      Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8.      Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9.      Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10.  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11.  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual





3
Nyeri akut sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
NOC :
1.      Pain Level,
2.      Pain control,
3.      Comfort level

Kriteria Hasil :
1.      Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2.      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.      Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5.      Tanda vital dalam rentang normal


NIC :
Pain Management
1.      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.      Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.      Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.      Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5.      Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6.      Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7.      Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9.      Kurangi faktor presipitasi nyeri
10.  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14.  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15.  Tingkatkan istirahat
16.  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17.  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

5
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

NOC :
1.  Anxiety Control
2.  Coping
3.  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :
1.    Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas teknik nafas dalam
2.    Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah tidak tegang
3.    Mengungkapkan cemas berkurang
4.    TTV dalam batas normal
TD = 110-130/ 70-80 mmHg
RR = 14–24 x/mnt
N   = 60-100 x/mnt
S    = 365 – 375 0C

NIC :
Anxiety Reduction
1.      Gunakan pendekatan yang menenangkan
2.      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3.      Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4.      Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5.      Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
6.      Dorong keluarga untuk menemani anak
7.      Lakukan back / neck rub
8.      Dengarkan dengan penuh perhatian
9.      Identifikasi tingkat kecemasan
10.  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11.  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
12.  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13.  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan


















BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
(Sudoyo dkk, 2012)
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll.Orang yang sudah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark miokard, dan lainnya.


  1. Saran
1.        Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat  memahami konsep dasar penyakit hipertensi yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
2.        Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi yang marak terjadi di sekitar mereka.
3.        Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan penanganan dan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan standar operasional prosedur tindakan dalam menangani klien dengan hipertensi.




DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T. 2010. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 3. Dialih
bahasakan oleh Agus Sutama, Suharyati Samba. Jakarta : EGC
            Binarupa Aksara Publisher
Dongoes, Maryllin E, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Elizabeth, J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Lyndon, Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid I.  Tangerang Selatan :
Media
Riset Kesehatan Dasar (Rikesda). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sjaifoellah, Noer. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta :
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
            Suddart Edisi 8, Vol 1, Alih Bahasa Kuncara Monica Ester. Jakarta : EGC
Sudoyo, A, dkk. 2012. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi
Universitas Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar