BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah baik diaastolik maupun sistolik secara
hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara esensial (primer
atau idiopatik) dimana factor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, atau
secara sekunder akibat dari penyakit tertentu yang diderita. Hipertensi adalah
penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi primer
terjadi sebesar 90-95 % kasus dan cenderung bertambah seiring dengan waktu.
Faktor resiko meliputi obesitas, stress, gaya hidup santai, merokok.
(Saputra
Lyndon, 2014)
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972
juta kasus hipertensi menjadi 1,15 miliar kasus pada tahun 2025 atau sekitar
29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta berada di
Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang. Di Indonesia,
hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%)
dan pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di
Negara berkembang.
(Triyanto,
2014)
Pravelensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui kuesioner dan pengukuran tekanan darah, cenderung lebih tinggi pada
kelompok pendidikan rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat
ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Berdasarkan analisis hipertensi
didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0%, dan
perempuan 4,7%), pedesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%)
(Rikesdas, 2013)
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa Definisi
Hipertensi ?
2.
Bagaimana Etiologi
Hipertensi?
3.
Bagaimana Manifestasi Klinis Hipertensi?
4.
Bagaimana Klasifikasi
Hipertensi?
5. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
6. Bagaimana
Pathway Hipertensi ?
7. Bagaimana
Pemeriksaan penunjang Hipertensi ?
8. Bagaimana
Penatalaksanaan Hipertensi ?
9. Bagaimana
Komplikasi Hipertensi ?
10. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi ?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampumemahami konsep asuhan
keperawatan hipertensi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Menjelaskan Definisi
Hipertensi.
b.
Menjelaskan Etiologi
Hipertensi.
c.
Menjelaskan Manifestasi
Klinis Hipertensi.
d.
Menjelaskan Klasifikasi
Hipertensi.
e.
Menjelaskan
Patofisiologi Hipertensi.
f.
Menjelaskan Pathway
Hipertensi.
g.
Menjelaskan Pemeriksaan
penunjang Hipertensi.
h.
Menjelaskan
Penatalaksanaan Hipertensi.
i.
Menjelaskan Komplikasi
Hipertensi.
j.
Menjelaskankonsep Asuhan
Keperawatan Hipertensi.
D. Manfaat
1.
Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah
pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
2.
Bagi masyarakat
Diharapkan
mahasiswa
dapat memberikan pengetahuan atau informasi kepada masyarakat tentang hipertensi dan bagaimana cara penanganannya.
3.
Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan dan
pendidikan kesehatan hipertensi pada klien.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2011)
Hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
(Sudoyo dkk, 2012)
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional
tentang hipertensi “ringan” dan “sedang”
gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada kardiovaskuler.
(Anderson, 2010)
- Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan
meliputi 90 % dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain :
a. Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan
bahwa kejadianhipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
dari padaheterozigot, apabila salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70
% kasushipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b.
Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi padayang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden
penyakit arterikoroner dan kematian prematur.
c. Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah
mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan aktivitas
saraf simpatik yangmengakibatkan peningkatan vasokontriksi dan penurunan
vasodilatasi dimana haltersebut dapat merangsang medula adrenal untuk
mensekresi epinerpin dannorepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.
d.
Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan
plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan
pengerasanyang disebut aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat
(keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan
pertama yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Nadiikuti dengan
ekspansi volume darah dankemudian peningkatan output jantung. Autoregulasi
perifer meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir dengan
HT.
f. Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang
memacu pengeluaran adrenalin yangmerangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida yang memiliki kemampuan
lebih kuat dari pada Hb dalam menarik oksigen. Sehingga jaringankekurangan
oksigen termasuk ke jantung.
g. Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatanlipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol
dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri
kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti
hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat
retensi garam danair, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i.
Stres
psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi,yang bersifat memperberat kerjanya arteri koroner sehingga suplay
darah ke otot jantung terganggu.Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darahsecara intermiten.
2.
Hipertensi
sekunder
Disebabkan
oleh penyakit tertentu, misalnya :
a.
Penyakit
ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel
juxtaglomerular keluar,mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang
berpengaruh terhadap sekresialdosteron yang dapat meretensi Na dan air.
b.
Diabetes
Mellitus
Disebabkan
oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama mengakibatkangula darah pekat
dan terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosismeningkatkan tekanan
darah.
(Sjaifoellah
Noer, 2011)
C.
Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis
timbul setelah mengalami hipertensi berupa:
a.
Nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b.
Peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg.
c.
Penglihatan
kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
d.
Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
e.
Nokturia
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
f.
Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
(Sudoyo dkk, 2012)
- Klasifikasi
Klasifikasi
hipertensi menurut WHO :
1. Tekanan darah
normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah
perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg
3. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the
Detection and Treatment of Hipertension
1.
Diastolik
a.
<
85 mmHg : Tekanan darah normal
b.
85 – 99 :
Tekanan darah normal tinggi
c.
90 -104 :
Hipertensi ringan
d.
105 – 114 : Hipertensi sedang
e.
>115 :
Hipertensi berat
2.
Sistolik (dengan tekanan diastolik 90
mmHg)
a.
< 140 mmHg : Tekanan darah normal
b.
140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c.
> 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh
darah).
Tingginya
tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan
tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya
kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2.
Hipertensi
Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan
tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa
jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan
tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
(Sudoyo dkk,
2012)
- Patofisiologi
Mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Menurunnya
tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung.
( Corwin,2009 )
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitU :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin):
untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin:
memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes
Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar
ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat
megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar
kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum :
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme
dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk
mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah
menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat
mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi,
untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru
(dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi
kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung
dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a. VIP :Dapat mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti penyakitparenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor
cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab
hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan
bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal
dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
(Sudoyo dkk, 2012)
- Penatalaksanaan
1.
Farmakologi
Terapi
obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat berikut :
a.
Hidroklorotiazid
(HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal pada pagi hari (pada hipertensi
dalam keadaan kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi atau
udem paru).
b.
Reserpin
0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
c.
Propanolol
mulai dari 10 mg 2xsehari yang dapat dinaikkan 20 mg 2xsehari (kontraindikasi
untuk penderita asma).
d.
Kaptropil
12,5-25 mg sebanyak 2-3xsehari (kontra indikasi pada kehamilan selama janin
hidup dan penderita asma).
e.
Nifedepin
mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2xsehari.
2.
Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah denganmengubah pola hidup
penderita, yakni dengan cara:
a.
Diet
Pembatasan
atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
b.
Aktivitas
Klien
disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikam dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
c.
Mengubah
pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol darah
tinggi.
d.
Mengurangi
pemakaian garam sampai kurang dari 2,3gr natrium atau 6gr natrium klorida
setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup).
e.
Anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
f.
Anjurkan klien untuk berhenti merokok.
g.
Anjurkan klien untuk olahraga aerobik yang tidak terlalu
berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali).
(Soedoyo dkk, 2012)
- Komplikasi
Pada hipertensi berat yaitu apabila
tekanan darah diastolic sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan
tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering
terseang hipertensi antaraa lain:
1.
Otak
Hipertensi
dapat menyebabkan pemekaran pembuluh darah sehingga menimbulkan pendarahan pada
otak dan dapat menjadikan kematian sel otak yang mempengaruhi aktivitas tubuh
yaitu stroke.
2.
Ginjal
Biasanya ditandai dengan sering buang air
kecil pada malam hari karena sel ginjal telah rusak. Dan dapat menyebabkan
gagal ginjal.
3.
Jantung
Hipertensi
menyebabkan jantung membesar dan dapat menyebabkan klien sesak nafas dan mudah
lelah. Apapbila sudah parah juga dapat menyebabkan gagal jantung.
(Anderson, 2010)
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI
A. Pengkajian Keperawatan
1.
Biodata
Pasien
2.
Keluhan
utama : Biasanya pasien hipertensi mengalami pusing
3.
Riwayat
Kesehatan
Riwayat
kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status kesehatan saat ini
(riwayat penyakit sekarang), status kesehatanmu masa lalu (riwayat penyakit
dahulu), dan status kesehatan keluarga.
a.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Merupakan
proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila dalam keluhan utama tidak
dijelaskan bagaimana bisa keluhan utama dalam hipertensi itu muncul, maka
didalam riwayat penyakit sekarang dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul
berbagai keluhan yang lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah
bagaimana proses keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang
telah dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang muncul
akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan), bagaimana
prosesnya sampai pasien dibaa kerumah sakit. Misalnya jika dalam hipertensi ini
biasanya pasien merasa pusing, maka hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :
1)
Gambaran
pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien
2)
Kapan rasa
pusing itu muncul ?
3)
Apakah yang
menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang dialami oleh pasien bertambah
parah ?
4)
Apakah
pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan gejala dari hipertensi
tersebut ?
5)
Apakah efek
samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap rasa pusing atau
pusing atau sakit kepala yang dirasakan?
b.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Mengkaji
apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang pernah diderita berdampak pada
penyakit yang muncul pada pasien saat ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya
pasien punya riwayat hiperttensi dan pernah mengalami riwayat dengan keluhan
yang sama. Selain itu perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.
c.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor
keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya. Pengkajian pada riwayat
kesehatan keluarga ini jangan lupa sertakan genogram.
4.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Berat badan : Ada peningkatan berat badan
b.
Rambut : Rambut normal, rambut kuat, tidak ada
lesi, ada nyeri tekan di kepala.
c.
Mata
: Bentuk simetris, biasanya ada nyeri tekan pada mata karena pusing yang
dialami
d.
Kulit
: Kulit bersih biasanya ada perubahan warna
e.
Telinga
: Simetris, tdan tidak ada nyeri tekan
f.
Leher
: Tidak ada jejas, biasanya ada bising pada arteri karotis dan
pembesaran typoid.
g.
Mulut
: Simetris, biasanya warna bibir hitam keunguan
h.
Dada
:
1)
Paru-paru
Inspeksi : Asimetris, aerola mamae terlihat
bersih dan tidak
ada jejas
Palpasi : Pergerakan dada asimetris, vocal
fremitus teraba di dua sisi, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Irama ireguler, takipneu, suara nafas
weziing.
2)
Jantung
Inspeksi : Asimetris, dan tidak
ada jejas di thorax
Palpasi : Pergerakan dada asimetris, tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : ada bising jantung dan tekanan darah
systole lebih dari 120 mmHg dan systole lebih dari 90 mmHg.
3)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar/buncit
(tergantung keadaan pasien)
Palpasi : Tidak ada nyeri ekan
Perkusi : Biasanya ada pembesaran ginjal
Auskultasi : bising usus normal
i.
Ekstremitas : Lemahnya atau hilangnya nadi
perifer dan edema
j.
Neurologi : Tanda thrombosis cerebral dan
perdarahan.
5.
Pengkajian
menurut Dongoes :
a. Aktivitas/ Istirahat
1) Gejala :kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler,
episode palpitasi.
2) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
1)
Gejala
:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda :Letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini
atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang
mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau
obesitas,,adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan
pening-pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,sub objeksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan kekuatan
genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri
koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari
aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasanbunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
(Dongoes, 2009)
6.
Pengkajian
Pola Gordon
a.
Pola
Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Yang perlu
dikaji :
1)
Bagaimana
klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada, misalnya obat
apa yang diberikan saat tekanan darah pasien meningkat.
2)
Bagaimana
pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang mendukung kesembuhan
penderita hipertensi.
3)
Apakah
pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan.
4)
Riwayat
hospitalisasi dan pembedahan
5)
Apakah
pasien sering memeriksakan tekanan darahnya atau tidak.
6)
Sejauh mana
pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien
7)
Faktor
resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya hidup dan status social
ekonomi
b.
Pola
Metabolik-Nutrisi
Yang perlu
dikaji :
1)
Kebiasaan
jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh pasien
2)
Jenis
makanan dan minuman yang sering dikonsumsi
3)
Jelaskan
makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk penderita selama 24 jam
4)
Adakah
peningkatan atau penurunan berat badan
5)
Adakah
perubahan nafsu makan
6)
Pola makan 3
hari terakhir atau 24 jam terakhir
c.
Pola
Eliminasi
Yang perlu
dikaji :
1)
Kebiasaan
pola BAK selama hipertensi
2)
Kebiasaan
pola BAB selama hipertensi
3)
Penggunaan
bantuan obat-obatan untuk ekskresi
d.
Pola
Aktivitas-Latihan
Yang perlu
dikaji :
1)
Aktivitas
sehari-hari yang dilakukan oleh pasien
2)
Apakah klien
suka melakukan olahraga
3)
Jenis
olahraga yang sering dilakukan klien
4)
Kemampuan
untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi saat ini
5)
Apakah klien
menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat akibat hipertensi yang dialami
6)
Apakah
tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi
7)
Lingkungan
kerja pasien
e.
Pola
Istirahat-Tidur
Yang perlu
dikaji :
1)
Kebiasaan
tidur pasien sehari-hari
2)
Keyakinan
budaya
3)
Apakah
pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan pasien untuk istirahat atau
tidur
4)
Jadwal
istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien
5)
Apakah ada
gejala gangguan pola tidur yang muncul
6)
Kaji factor
yang berhubungan misalnya proses penuaan
f.
Pola
Persepsi-Kognitif
Yang perlu
dikaji :
1)
Gambaran
panca indra pasien
2)
Apakah ada
pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera
3)
Penggunaan
alat bantu pendukung panca indera misalnya kacamata, alat bantu dengar, dsb.
4)
Persepsi
ketidaknyamanan
5)
Tingkat
pendidikan
6)
Kemampuan
pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan
7)
Saat mana
pasien merasakan pusing
g.
Pola Konsep
Diri-Persepsi Diri
Yang perlu
dikaji ;
1)
Keadaan
social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
2)
Identitas
personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki
3)
Keadaan
fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang disukai atau yang
tidak disukai
4)
Harga diri :
perasaan mengenai diri sendiri
5)
Ancaman
terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami misalnya perubahan peran
6)
Apa yang
pasien rasakan saat menderita hipertensi
h.
Pola
Hubungan-Peran
Yang perlu
dikaji :
1)
Gambaran
tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja
2)
Kepuasan
atau ketidakpuasan menjalankan peran
3)
Efek
terhadap perubahan status kesehatan
4)
Pentingnya dukungan
keluarga kepada pasien yang menderita hipertensi
5)
Hubungan
pasien dengan orang lain
6)
Apakah
masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi perubahan peran dan
tanggungjawab dalam keluarga, sahabat, dalam pekerjaan, atau aktivitas social.
i.
Pola Reproduksi-Seksualitas
Yang perlu
dikaji :
1)
Masalah atau
perhatian seksual
2)
Gambaran
perilaku seksual
3)
Apakah
hipertensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas seksualnya
4)
Pengetahuan
yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
5)
Apakah
masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu peran pasien sebagai
seorang wanita atau pria
j.
Pola
Toleransi terhadap Koping-Stress
Yang perlu
dikaji :
1)
Sifat
pencetus stress yang dialami baru-baru ini
2)
Tingkat
stress yang dipersepsikan
3)
Gambaran
respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul
4)
Strategi
yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta keefektifannya
5)
Perubahan
kehidupan dan kehilangan
6)
Strategi
koping yang bisa digunakan
7)
Penilaian
kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami oleh pasien
8)
Pengetahuan
dan penggunaan manajemen stress
9)
Hubungan
manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien
10)
Riwayat yang
berhubungan dengan masalah psikologis
11)
Siapa yang
membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap penyakit hipertensi yang
dialaminya saat ini
12)
Apakah
pasien mengalami stress karena menderita hipertensi
k.
Pola
Keyakinan-Nilai
Yang perlu
dikaji :
1)
Latarbelakang
budaya atau etnik
2)
Status
ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik
3)
Tujuan
kehidupan pasien
4)
Apa yang
dijadikan penting bagi pasien dan keluarga
5)
Dampak
kesehatan terhadap spiritual
6)
Harapan
kedepannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengankemampuan pola jantung menurun
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.
Nyeri
kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ansietas berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi
C.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
Keperawatan
|
1
|
NOC :
1.
Cardiac
Pump effectiveness
2. Circulation Status
3. Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
1.
Tanda Vital dalam rentang normal
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2.
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak
ada kelelahan
3.
Tidak
ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC :
1. Cardiac Care
2. Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
3.
Catat
adanya disritmia jantung
4.
Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
5.
Monitor
status kardiovaskuler
6.
Monitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung
7.
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
8.
Monitor
balance cairan
9.
Monitor
adanya perubahan tekanan darah
10.
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
11.
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
12.
Monitor
toleransi aktivitas pasien
13.
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
takipneu dan ortopneu
14.
Anjurkanuntuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1.
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monitor adanya pulsus alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan abnormal
14. Monitor suhu,
warna, dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
17.
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
|
|
2
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau stroke
|
NOC :
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
NIC :
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
11. Monitor
respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
3
|
Nyeri akut sakit kepala
berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
|
NOC
:
1.
Pain
Level,
2.
Pain
control,
3.
Comfort
level
Kriteria
Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
|
NIC
:
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor
penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
|
5
|
Ansietas berhubungan
dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
|
NOC :
1. Anxiety
Control
2. Coping
3. Vital
Sign Status
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukan
teknik untuk mengontrol cemas teknik nafas dalam
2.
Postur
tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah tidak tegang
3.
Mengungkapkan
cemas berkurang
4.
TTV
dalam batas normal
TD = 110-130/ 70-80 mmHg
RR = 14–24 x/mnt
N = 60-100 x/mnt
S = 365
– 375 0C
|
NIC :
Anxiety
Reduction
1.
Gunakan pendekatan yang menenangkan
2.
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
3.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
4.
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
5.
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
6.
Dorong keluarga untuk menemani anak
7.
Lakukan back / neck rub
8.
Dengarkan dengan penuh perhatian
9.
Identifikasi tingkat kecemasan
10.
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11.
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12.
Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
13.
Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
(Sudoyo dkk,
2012)
Hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan emosi
seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll.Orang
yang sudah
terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang diderita,
diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark
miokard, dan lainnya.
- Saran
1.
Bagi mahasiswa
keperawatan
Diharapkan dapat memahami konsep
dasar penyakit hipertensi yang berguna
bagi profesi dan orang sekitar kita.
2.
Bagi
masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit hipertensi yang marak terjadi di sekitar mereka.
3.
Bagi tenaga
kesehatan
Diharapkan dapat memberikan penanganan dan asuhan keperawatan yang tepat
dan sesuai dengan standar operasional prosedur tindakan dalam menangani klien
dengan hipertensi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. 2010. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Edisi 3. Dialih
bahasakan oleh
Agus Sutama, Suharyati Samba. Jakarta : EGC
Binarupa
Aksara Publisher
Dongoes, Maryllin E, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Elizabeth, J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Lyndon, Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid I.
Tangerang Selatan :
Media
Riset Kesehatan Dasar (Rikesda). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sjaifoellah, Noer. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta :
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8, Vol 1, Alih Bahasa
Kuncara Monica Ester. Jakarta : EGC
Sudoyo, A, dkk. 2012. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi
Universitas
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar