BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Buta warna merupakan sebuah masalah pada saraf
mata dimana saraf tersebut tidak peka terhadap adanya perubahan warna yang
dipantulkan cahaya pada pupil mata. Kelainan buta
warna ini dapat terjadi dari banyak faktor penyebab antara lain: faktor
keturunan, faktor kecelakaan, dan faktor lainnya. Faktor keturunan biasanya dibawa oleh kromosom X, baik
dari sisi Ayah maupun Ibu, sehingga ada kemungkinan penderita menderita kebutaan
parsial. Sementara
buta warna akibat kecelakaan bisa disebabkan oleh benturan pada kepala yang
mengenai saraf mata.
Tes buta warna sangat diperlukan pada saat pengajuan sekolah atau
pekerjaan. Beberapa instansi pendidikan dan pekerjaan menyaratkan calon
pendaftar untuk melengkapi diri dengan hasil tes buta warna. Tes buta warna yang lazim digunakan adalah tes buta warna menggunakan metode
temuan Professor Ishihara. Tes buta warna menggunakan metode
temuan Professor Ishihara ini mulai dikenalkan pada tahun 1918 dari buku yang
ditulisnya berjudul Buku Ishihara untuk Tes Buta Warna (The Ishihara
Color Vision Chart) dan menjadi standar kelulusan tes buta warna.
Tes buta
warna metode Ishihara ini lebih spesifik dibandingkan tes kebutaan lainnya. Tes buta warna dengan metode Ishihara ini sebelumnya
hanya digunakan di Jepang, namun kemudian secara meluas digunakan di berbagai
belahan dunia lainnya dan menjadi standar baku kebutaan warna seseorang. Melakukan tes buta warna, sebagaimana dijelaskan di
atas, merupakan syarat pada beberapa instansi. Melakukan tes buta warna menggunakan metode temuan
Professor Ishihara bukan hal yang sulit. Saat ini hampir semua rumah sakit umum,
poli klinik mata, rumah sakit mata, dan instansi penyedia jasa kesehatan
lainnya telah memiliki contoh bagan tes buta warna Ishihara.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Definisi Tes
Ishihara ?
2.
Tujuan dilakukan
Tes Ishihara?
3.
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Makalah
ini di buat penulis dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui definisi
dari system kardiovaskuler.
b.
Mengetahui anatomi dari
jantung.
c. Mengetahui
fisiologi dari jantung.
d. Mengetahui
anatomi dari pembuluh darah.
e. Mengetahui
fisiologi aliran darah.
D.
Manfaat
Makalah
ini dibuat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam
sistem kardiovaskuler sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PEMERIKSAAN MATA
a.
Pemeriksaan Buta Warna ( Tes Ishihara )
1)
Tujuan
Tes ini dilakukan untuk memeriksa buta warna seseorang.
Tes ini dilakukan untuk memeriksa buta warna seseorang.
2)
Landasan
Pada retina terdapat 3 sel kerucut yang rentan terhadap salah
satu warna primer, sehingga bila terdapat gangguan pada sel kerucut tersebut
akan terjadi gangguan penglihatan warna, kerusakan retina mulai sel bipolar
sampai ganglion genikulatum lateral akan mengakibatkan gangguan warna merah dan
hijau, sedangkan kerusakan neurosensoris mengakibatkan gangguan melihat warna
terutama warna biru dan kuning.
Tes Ishihara berupa gambar-gambar Pseudoisokromatik yang disusun oleh titik dan kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar atau angka yang disusun oleh titik tersebut. Gambar titik terdiri atas warna primer dengan dasar warna yang hampir sama atau abu-abu. Titik disusun akan menghasilkan pola dan bentuk tertentu oleh orang tanpa kelainan persepsi warna. Buta warna lebih banyak laki-laki dari pada perempuan karena gen pembawa sifat terdapat pada laki-laki sehingga disebut carier.
Tes Ishihara berupa gambar-gambar Pseudoisokromatik yang disusun oleh titik dan kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar atau angka yang disusun oleh titik tersebut. Gambar titik terdiri atas warna primer dengan dasar warna yang hampir sama atau abu-abu. Titik disusun akan menghasilkan pola dan bentuk tertentu oleh orang tanpa kelainan persepsi warna. Buta warna lebih banyak laki-laki dari pada perempuan karena gen pembawa sifat terdapat pada laki-laki sehingga disebut carier.
3)
Alat dan bahan
Gambar-gambar Pseudoisokromatik
Jam ( jika diperlukan ).
4)
Tehnik
Dengan penerangan tertentu kartu Ishihara disinari.
Klien disuruh melihat kartu tersebut dan menyebutkan gambar atau angka yang terlihat.
Dengan penerangan tertentu kartu Ishihara disinari.
Klien disuruh melihat kartu tersebut dan menyebutkan gambar atau angka yang terlihat.
5)
Klien diminta melihat dan menyebutkan gambar atau angka tidak
lebih dari 10 detik.
5) Penilaian
Bila lebih dari 10
detik berarti terdapat kelainan penglihatan warna
Buta warna merah hijau terdapat atrofi saraf optik, toksik optikneuropati, dengan pengecualian neuropati iskemi, glaucoma atrofi optic yang memberikan gangguan penglihatan biru kuning. Buta warna biru kuning terdapat pada Retinopati Hipertensif, Retinopati Diabetik dan degenerasi macula senile dini. Degenerasi macula Stargardts dan fundus lamikulatus memberikan gangguan penglihatan warna merah-hijau.
Petunjuk Pengisian Gambar
Buta warna merah hijau terdapat atrofi saraf optik, toksik optikneuropati, dengan pengecualian neuropati iskemi, glaucoma atrofi optic yang memberikan gangguan penglihatan biru kuning. Buta warna biru kuning terdapat pada Retinopati Hipertensif, Retinopati Diabetik dan degenerasi macula senile dini. Degenerasi macula Stargardts dan fundus lamikulatus memberikan gangguan penglihatan warna merah-hijau.
Petunjuk Pengisian Gambar
No. 1 : Semua
orang baik normal atau buta warna dapat membaca dengan benar angka 12. Bagian
ini biasanya digunakan pada awal test.
No. 2 : Pada orang normal terbaca “ 8 “ dengan defesiensi merah-hijau “ 3 “
No. 3 : Pada orang normal terbaca “ 5 “dengan defesiensi merah-hijau “ 2 “
No. 4 : Pada orang normal terbaca “ 29 “dengan defesiensi merah-hijau “ 70 “
No. 5 : Pada orang normal terbaca “ 74 “dengan defesiensi merah-hijau “ 21 “
No. 6 – 7 : Pada orang normal dapat membaca dengan benar tetapi pada orang dengan defesiensi merah hijau, susah atau tidak dapat membacanya.
No. 8 : Pada orang normal dengan jelas “ 2 “ tetapi bagi defesiensi merah-hijau tidak jelas.
No. 2 : Pada orang normal terbaca “ 8 “ dengan defesiensi merah-hijau “ 3 “
No. 3 : Pada orang normal terbaca “ 5 “dengan defesiensi merah-hijau “ 2 “
No. 4 : Pada orang normal terbaca “ 29 “dengan defesiensi merah-hijau “ 70 “
No. 5 : Pada orang normal terbaca “ 74 “dengan defesiensi merah-hijau “ 21 “
No. 6 – 7 : Pada orang normal dapat membaca dengan benar tetapi pada orang dengan defesiensi merah hijau, susah atau tidak dapat membacanya.
No. 8 : Pada orang normal dengan jelas “ 2 “ tetapi bagi defesiensi merah-hijau tidak jelas.
No. 9 : Pada orang
normal susah atau tidak terbaca tetapi kebanyakan pada orang dengan defesiensi
merah hijau melihat “ 2 “.
No.10 : Pada orang normal angka terbaca “ 16 “ tetapi bagi defesiensi merah hijau tidak dapat membaca.
No.10 : Pada orang normal angka terbaca “ 16 “ tetapi bagi defesiensi merah hijau tidak dapat membaca.
No.11 : Gambar
garis yang melilit diantara 2 xs. Pada orang normal, dapat mengikuti garis
ungu-hijau. Tetapi pada orang buta warna tidak dapat mengikuti atau dapat
mengikuti tapi berbeda dengan orang normal.
No.12 : Pada orang normal dan defesiensi merah hijau melihat angka “ 35 “ tetapi pada protanopia dan protanomali berat hanya dapat membaca angka “ 5 “ dan pada deuteranopia dan deuteranopia berat terbaca angka “ 3 “
No. 13 : Pada orang normal dan defesiensi merah hijau ringan melihat angka
“ 96 “ tetapi pada protonopia dan protonopia berat hanya terbaca “ 6 “.
No. 14 :
No.12 : Pada orang normal dan defesiensi merah hijau melihat angka “ 35 “ tetapi pada protanopia dan protanomali berat hanya dapat membaca angka “ 5 “ dan pada deuteranopia dan deuteranopia berat terbaca angka “ 3 “
No. 13 : Pada orang normal dan defesiensi merah hijau ringan melihat angka
“ 96 “ tetapi pada protonopia dan protonopia berat hanya terbaca “ 6 “.
No. 14 :
• Pada orang
normal dapat mengikuti garis yang melilit 2 xs, ungu dan merah.
• Pada protanopia dan protanomali berat hanya mengikuti garis ungu dan pada protanomali ringan kedua garis diikuti tetapi garis ungu kurang terlihat untuk diikuti.
• Pada protanopia dan protanomali berat hanya mengikuti garis ungu dan pada protanomali ringan kedua garis diikuti tetapi garis ungu kurang terlihat untuk diikuti.
• Pada
deuteranopia dan deuteranomalia berat hanya garis merah yang diikuti
• Pada deuteranomalia ringan kedua garis dapat diikuti tetapi garis merah kurang terlihat untuk diikuti.
• Pada deuteranomalia ringan kedua garis dapat diikuti tetapi garis merah kurang terlihat untuk diikuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar